Surat Al Munafiqun ayat 9 - 11
Peringatan kepada kaum mukmin agar tidak tersibukkan oleh dunia sehingga melalaikan diri dari beribadah kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala, dan ajakan kepada mereka untuk beramal saleh dan berinfak di jalan Allah sebelum ajal tiba.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلا أَوْلادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ (٩) وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ (١٠) وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (١١)
Terjemah Surat Al Munafiqun Ayat 9-11
9. [30]Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah[31]. Dan barang siapa berbuat demikian[32], maka mereka itulah orang-orang yang rugi[33].
10. Dan infakkanlah[34] sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu[35] sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata (menyesali)[36], "Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)ku sedikit waktu lagi[37], maka aku dapat bersedekah[38] dan aku akan termasuk orang-orang yang saleh[39]."
11. Dan Allah tidak akan menunda (kematian) seseorang apabila waktu kematiannya telah datang. Dan Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan[40].
Tafsir:
[30] Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan hamba-hamba-Nya yang mukmin untuk banyak mengingat-Nya, karena di sana terdapat keberuntungan dan kebaikan yang banyak, dan melarang mereka dibuat sibuk oleh harta dan anak-anak mereka sampai lalai mengingat Allah. Hal itu, karena jiwa manusia diciptakan dengan keadaannya yang senang kepada harta dan anak, namun jika sampai diutamakan di atas kecintaan dan ketaatan kepada Allah, maka dapat mengakibatkan kerugian yang besar seperti saat dikumandangkan azan Jum’at untuk shalat Jum’at, tetapi ia masih saja sibuk berdagang.
[31] Seperti dari shalat yang lima waktu.
[32] Yakni harta dan anaknya membuat lalai dari mengingat Allah.
[33] Tidak mendapatkan kebahagiaan yang abadi dan kenikmatan yang kekal karena mengutamakan kenikmatan yang fana’ (sebentar). Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (At Taghaabun: 15)
[34] Termasuk dalam hal ini nafkah/infak yang wajib maupun yang sunat. Yang wajib seperti zakat, kaffarat, nafkah kepada istri, dsb. Sedangkan yang sunat seperti mengorbankan harta untuk segala yang bermaslahat.
[35] Hal ini menunjukkan bahwa nafkah yang Allah bebankan agar hamba mengeluarkannya tidaklah menyusahkan mereka, bahkan Allah memerintahkan mereka agar mengeluarkan sebagian dari rezeki yang Allah karuniakan kepada mereka, dimana Dia telah mempermudahnya untuk mereka dan mempermudah sebab-sebabnya. Oleh karena itu, hendaknya mereka bersyukur kepada Allah yang telah memberikan kepada mereka rezeki itu, yaitu dengan membantu saudara-saudara mereka yang memerlukan dan bersegera kepadanya sebelum datang kematian yang jika tiba, maka seorang hamba tidak dapat mengejar lagi amal saleh yang telah dilalaikannya.
[36] Meminta agar dikembalikan lagi ke dunia.
[37] Agar aku dapat mengejar amal saleh yang telah aku lalaikan seperti zakat ketika hartanya telah mencapai nishab (ukuran wajib zakat) dan haji ketika sudah mampu.
[38] Sehingga aku dapat selamat dari azab dan dapat memperoleh banyak pahala.
[39] Dengan mengerjakan perkara yang diperintahkan dan menjauhi larangan.
[40] Baik atau buruk, lalu Dia membalasnya sesuai yang Dia ketahui dari kamu, yakni dari niat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar